Assalaamu Alaikum Wr.Wb
Sekali lagi, saya mendapat orderan unik yaitu mengisi pengajian akhir tahun di sebuah perusahaan.
Saya katakan bahwa saya bukan ustadz dan mereka insist. Saya kemudian menyatakan bahwa pendekatan saya adalah motivasi, komunikasi, dan leadership. Apa yang terkait dengan keagamaan hanya saya sampaikan sebatas yang saya merasa cukup memahaminya.
Mereka meminta judul "Etos Kerja Muslim".
Etos atau ethos, adalah bagian tak terpisahkan dari tiga serangkai ethos, pathos, dan logos. Ethos adalah tentang karakter, yaitu label-label yang dilekatkan dengan tujuan membentuk karakter yang berdaya dan memiliki persepsi yang memberdayakan. Inti dari etos adalah kredibilitas, keterandalan, dan keterpercayaan.
Etos yang terpenting adalah "Bekerja Itu Ibadah".
Terkait dengan etos ini, ada dua hal yang perlu selalu kita ingat.
1. Niat.
Apa jadinya, jika kita keluar rumah paling tidak untuk delapan jam setiap hari, dengan total waktu setengah dari usia kita, dan kemudian kita tidak meniatkannya sebagai ibadah?
Hal pertama tentang beribadah adalah niat. Niat harus jelas, jernih, dan tegas, entah dinyatakan secara terbuka atau secara tersembunyi.
Cerita berikut ini tentang Mas Dani dan Mas Danu adalah sedikit inspirasi tentang bagaimana perbedaan niat dapat menciptakan perbedaan hasil akhir
2. Tangan Di Atas Selalu Lebih Baik Daripada Tangan Di Bawah.
Siapapun yang bekerja dengan sungguh-sunguh adalah lebih baik daripada yang meminta-minta.
Bekerja maksimal dengan apa yang ada, selalu lebih baik daripada bekerja seadanya karena merasakan ketidakmaksimalan.
Mereka yang bekerja setengah hati karena orang lain, sistem, atasan, bawahan, atau organisasinya belum mampu memenuhi segala hal yang disyaratkan olehnya untuk bersedia bekerja maksimal, sebenarnya sedang lupa bahwa mereka sedang meminta-minta.
Maka, insya Allah "Bekerja Adalah Ibadah" perlu diwarnai dengan niat untuk beribadah dan bekerja maksimal dengan seminimal apapun yang ada dan telah tersedia.
Tetap semangat!
Sekali lagi, saya mendapat orderan unik yaitu mengisi pengajian akhir tahun di sebuah perusahaan.
Saya katakan bahwa saya bukan ustadz dan mereka insist. Saya kemudian menyatakan bahwa pendekatan saya adalah motivasi, komunikasi, dan leadership. Apa yang terkait dengan keagamaan hanya saya sampaikan sebatas yang saya merasa cukup memahaminya.
Mereka meminta judul "Etos Kerja Muslim".
Etos atau ethos, adalah bagian tak terpisahkan dari tiga serangkai ethos, pathos, dan logos. Ethos adalah tentang karakter, yaitu label-label yang dilekatkan dengan tujuan membentuk karakter yang berdaya dan memiliki persepsi yang memberdayakan. Inti dari etos adalah kredibilitas, keterandalan, dan keterpercayaan.
Etos yang terpenting adalah "Bekerja Itu Ibadah".
Terkait dengan etos ini, ada dua hal yang perlu selalu kita ingat.
1. Niat.
Apa jadinya, jika kita keluar rumah paling tidak untuk delapan jam setiap hari, dengan total waktu setengah dari usia kita, dan kemudian kita tidak meniatkannya sebagai ibadah?
Hal pertama tentang beribadah adalah niat. Niat harus jelas, jernih, dan tegas, entah dinyatakan secara terbuka atau secara tersembunyi.
Cerita berikut ini tentang Mas Dani dan Mas Danu adalah sedikit inspirasi tentang bagaimana perbedaan niat dapat menciptakan perbedaan hasil akhir
2. Tangan Di Atas Selalu Lebih Baik Daripada Tangan Di Bawah.
Siapapun yang bekerja dengan sungguh-sunguh adalah lebih baik daripada yang meminta-minta.
Bekerja maksimal dengan apa yang ada, selalu lebih baik daripada bekerja seadanya karena merasakan ketidakmaksimalan.
Mereka yang bekerja setengah hati karena orang lain, sistem, atasan, bawahan, atau organisasinya belum mampu memenuhi segala hal yang disyaratkan olehnya untuk bersedia bekerja maksimal, sebenarnya sedang lupa bahwa mereka sedang meminta-minta.
Maka, insya Allah "Bekerja Adalah Ibadah" perlu diwarnai dengan niat untuk beribadah dan bekerja maksimal dengan seminimal apapun yang ada dan telah tersedia.
Tetap semangat!